Koneksi antar materi modul 2.1 Pembelajaran Difrensiasi
KONEKSI
ANTAR MATERI MODUL 2.1
PEMBELAJARAN
DIFRENSIASI
Pembelajaran
Difrensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal ( common sense ) yang di
buat oleh guru yang berorientasi kepad kebutuham murid. Pembelajaran
difrensiasi dalam kelas terdapat tiga hal yang sering kita lihat diantaranya
konten (berupa pengetahuan, ketrampilan), proses ( berupa ragam, tahapan,
jalur) dan Produk kesempatan demonstrasi pemahaman). Bagaimana pembelajaran
Difrensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan untuk membantu mencapai
hasil belajar yang optimal harus dengan mengidentifikasi kubutuhan murid
diantaranya adalah dengan
- Kesiapan Murid
- Minat Murid
- Profil Belajar
Identifikasi kesiapan murid tergantung kecpanatna dan lambat dalam
berfikir, kemudian minat murid berdasarkan mencari kecocokan antara minat murid
dengan tujuan pembelajaran, kekoneksian yang menunjukan koneksi antar materi
pembelajaran, menjembatani pengetahuan awal murid dengan pengetahuan yang baru,
memotifasi memungkinkan tumbuhnya motifasinya murid yang menjadikan pembelajaran
akan semakin lebih bermakna dan lebih berpihak kepada murid. Salah satu metode
atau cara yang di lakukan guru pengerak untuk meningkatkan kualitas belajar
murid ialah melalui pembelajaran difrensiasi.
Sebagai guru, kita
semua tentu tahu bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika
tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka
miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu
keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu
memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai
(profil belajar)
Melakukan
pembelajaran berdiferensiasi bukanlah berarti bahwa guru harus mengajar dengan
32 cara yang berbeda untuk mengajar 32 orang murid. Bukan pula berarti bahwa
guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja
dibandingkan yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus mengelompokkan
yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang. Bukan pula
memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak. Pembelajaran berdiferensiasi
bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang
gurunya kemudian harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, di
mana guru harus berlari ke sana kemari untuk membantu si A, si B atau si C
dalam waktu yang bersamaan. Bukan. Guru tentunya bukanlah malaikat bersayap
atau Superman yang bisa ke sana kemari untuk berada di tempat yang berbeda-beda
dalam satu waktu dan memecahkan semua permasalahan.
Pertanyaan
yang selanjutnya muncul adalah bagaimana pembelajaran difrensiasi dapat
dilakukan di kelas. Untuk dapat melakukan pembelajaran difrensiasi guru perlu
mengetahui hal di bawah ini supaya dapat berjalan dengan baik.
1. Tujuan Pembelajaran yaitu guru harus paham terkait
dengan kurikulum, capaian pembelajaran, tujuan, indikator, dan asesment
sehingga guru dapat menentukan bagaimana guru dapat membantu kebutuhannya
2. Mengetahui dan merespon kebutuhan belajar murid
melalui kesiapan belajar murid yang beragam, minat belajar yang berbeda dan
dapat berkembang, serta profil belajar yang hal tersebut dapat terlihat dari
lingkungan, budaya, gaya belajar, dan kecerdasan majemuk. Dengan hal tersebut
guru harus mampu mengakomodir hal tersebut guna memenuhi kebutuhan murid
mencapai tujuan pendidikan.
3. Lingkungan belajar "mengundang" untuk
belajar sehingga sekolah ditutut untuk menciptakan sekolah yang ramah anak
yaitu sekolah yang secara sadar berupaya menjamin dan memenuhi hak-hak anak
dalam setiap aspek kehidupan secara terencana dan bertanggung jawab. Prinsip
utama adalah non diskriminasi kepentingan, hak hidup serta penghargaan terhadap
anak.
4. Manajemen kelas efektif maksudnya mengelola kelas
secara efektif dari manejemen waktu, materi, dan kondisi kelas
5. Penilaian berkelanjutan.
6. Membuat RPP yang memuat pembelajaran difrensiasi dalam pembuatannya mempertimbangan kebutuhan murid dan cara memenuhi kebutuhan murid antara satu dengan yang lain. Diferensiasi tidak berarti bahwa guru harus dapat memenuhi kebutuhan semua individu setiap saat atau setiap waktu. Namun, guru memang diharapkan dapat menggunakan berbagai pendekatan belajar sehingga sebagian besar murid menemukan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Pembelajaran
difrensiasi dapat memenuhi kebutuhan murid akan berjalan secara optimal perlu
adanya pertama perubahan mindset pendidik dari mensetarakan kebutuhan murid
menjadi memenuhi kebutuhan murid sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan
profil belajar kedua menciptakan fasilitas yang ramah anak sehingga mengundang
anak untuk belar secara mandiri ketiga membuat komitmen bersama stakeholder di
sekolah baik Kepala Sekolah, Komite, Dewan Guru, Karyawan, Murid dan Masyarakat
dalam menyukseskan kegiatan ini, keempat dilakukan secara berkesinambungan
sehingga tidak putus di tengah jalan.
Kaitan antara
pembelajaran difrensisi Modul 2.1 dengan Modul 1 yaitu filosofi Ki Hajar
Dewantara (Modul 1.1), Nilai dan Peran Guru Penggerak (Modul 1.2), Visi Guru
Penggerak (Modul 1.3), dan Budaya Positif (Modul 1.4).
Ki Hajar Dewantara
dalam filosofinya menekankan pentingnya pendidik untuk dalam proses
pembelajaran dengan menuntun murid sesuai kodrat alam dan zaman yaitu mendidik
sesuai kemampuan anak dan perkembangan zaman tanpa meninggalkan budaya lokal
oleh karena itu untuk menggerakkan mindset tersebut diperlukan nilai dan peran
guru penggerak sebagai agent of change sehingga terjadi perubahan yang dimulai
dari sendiri kemudian menggerakan teman sejawat, komunitas untuk ambil bagian
dalam perubahan paradigma yang baru. Untuk itu perlu dibentuk Visi sekolah
sesuai dengan konsep filosofi Guru Penggerak yang menjadikan murid sebagai
objek pembelajaran dengan pemenuhan kebutuhannya serta diintegrasikan dengan
profil pelajar pancasila yaitu berakhlak mulia, berkebinekaan global, mandiri,
bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif.
Untuk pengembangan
visi yang bermuatan profil pelajar pancasila di implementasikan dalam budaya
positif di sekolah yaitu dengan membuat kegiatan yang bermuatan penguatan
profil pelajar pancasila yang intinya terjadi habituasi kebajikan dalam sekolah
dan tumbuh menjadi karakter sesuai profil pelajar pancasila yaitu berakhlak
mulia, berkebinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan
kreatif.
Pembelajaran
difrensiasi mempunyai peranan yang central yaitu masuk pada proses pembelajaran
sebagai inti dari pemenuhan kebutuhan murid dari kesiapan, minat, dan profil
belajar di dukung dengan fasilitas yang mendukung sehingga jika dikaitkan semua
materi tersebut bermuara pada pemenuhan kebutuhan murid sesuai kodrat alam dan
zaman yang diintegrasikan dalam proses pembelajaran, lingkungan belajar,
penerapan budaya positif yang tertuang dalam visi sekolah.
Komentar
Posting Komentar